Halo

Halo

Halo.

Halo,

Gak kerasa, setahun udah terlewati begitu aja. Sejak 31 Desember 2022, sampe dengan hari ini, gue dengan resmi udah melewati tahun pertama sebagai penulis. There are a lot of article made, a lot of ideas shared, a lot of perspective present. Mungkin, melalui surat ini, gue pengen sedikit kilas balik, sedikit bercerita alasan kenapa gue melakukan ini semua, dan sedikit berbagi apa yang gue rasakan setelah menulis selama satu tahun belakangan ini.

The reason I start writing is to overcome a struggle. Maybe you have guessed it: I have a struggle with the way I communicate. Ketika gue berkomunikasi dengan orang, gue sendiri kurang deskriptif dalam menyampaikan apa yang ada di benak gue. Ada banyak kalimat yang terlontar dari mulut gue yang terasa setengah-setengah dalam mendeskripsikan, sehingga makna yang disampaikan juga terasa rancu dibenak lawan bicara. Terkadang, gue merasa bahwa pilihan kata yang gue ambil kurang pas, sehingga apa yang gue pikirkan dan apa yang lawan bicara gue tangkap punya gap yang cukup lebar.

Hal tersebut mungkin diperparah dengan cara pikir gue yang terkadang loncat-loncat, sehingga membuat alur pembicaraan gue sulit untuk diikuti. Seringkali, apa yang gue coba utarakan gagal dipahami sama lawan bicara gue, sehingga gue perlu kembali membahasakan apa yang ada didalam pikiran gue. Buat gue, kalimat “Gue paham maksud lo” tampak meragukan, karena gue sendiri kayanya bakal ga paham kalau menelaah kembali kalimat penjelasan yang keluar dari mulut gue. Ini yang coba gue perbaiki dengan menulis, menstrukturisasi pikiran sehingga kedepan lancar dalam menyampaikan. Ini yang gue coba perbaiki dengan menulis, menyederhanakan ucapan sehingga kedepan lancar dalam mengutarakan.

Gue juga merasa bahwa gue sendiri kurang kreatif dalam mencari topik pembicaraan. Kalau lagi berinteraksi dengan orang, atau lagi mencoba berjejaring, gue sering banget kehabisan ide, gatau mau ngobrolin apa lagi. Akibatnya, perasaan yang muncul adalah rasa awkward, rasa pengen keluar dari perbincangan, sesegera mungkin. This problem happens, a lot. If you were trapped with me in an elevator, you will not get an elevator pitch from me, instead I will damn sure 100% that you will get bored in less than 2 minutes. That’s why, gue pengen berlatih. Berlatih mengobservasi, berlatih beropini, berlatih menjadi insan yang kreatif. Agar kedepan, banyak jaringan baru, banyak koneksi baru. Agar kedepan, banyak kenalan baru, banyak weak-ties baru.

Another personal reason why I am starting this website is that I am scared. That’s true, I am very afraid of other people’s judgement. Inside my head, ada banyak pikiran yang pengen gue utarain, ada banyak topik yang pengen gue bahas, ada banyak hal yang pengen gue lakuin. Tapi, there is one problem: Gue terlalu takut apa yang bakal orang lain pikirkan tentang gue. Gue takut dijudge, “apaan sih nih orang sok-sokan bahas gituan?”, “apaan sih ga penting banget”, “apaan sih ga jelas lu”. I always wonder, what are currently people thinking about me? Is it affection? Is it disgust? Is this person seriously thinking that way, or it just a sugarcoating?

This is the main reason I made this website, to make a safe place for myself, sharing what’s currently circling around my mind. In my very first article, you will find this sentence: “I want to write this article without caring of people’s judgement”. Yes, that’s the real reason why I start writing, or why this website has never been published directly. I don’t want people to judge. That’s also why I have an anonymous ‘eval’ form, to find out what is really people thinking about me. Gue pengen tau, sebenernya apa sih yang orang-orang pikirin tentang gue.

Dalam keberjalanannya, gue sejujurnya agak terkejut. Gue kira, this initiative will be another fling, resolusi yang dibuat terus menguap begitu saja. Gue kira, inisiatif ini bakal jadi omong kosong doang, jadi angan yang hilang ditelan waktu. Turns out, engga. Mungkin, diri gue setahun lalu bakal heran. Kenapa bisa, seorang Ayyub mau luangin waktu 6 jam lebih buat nulis satu artikel. Kenapa bisa, seorang Ayyub mau ngosongin waktu gue seharian, cuma buat nulis 6-8 paragraf yang belum tentu bagus juga waktu dilihat. Kenapa bisa, seorang Ayyub mau duduk diem di cafe sendirian hampir setiap minggu, cuma buat ngepost satu tulisan yang belum tentu ada yang mau baca?

Turns out, writing helps me, in many ways. First, writing could be very calming. I don’t know why, but I’m not lying. I guess the idea that I could just sitting, just thinking, while blending in a crowd could be the reason. Sejak kecil, gue suka ngelamun. Kayanya gue pernah cerita juga, kalau waktu kecil gue suka sepedaan keliling daerah rumah gue, sambil ngelamun. Waktu gue SMP, gue sering mojok ke taman dibelakang masjid sekolah, sekedar rebahan sambil ngelamun. Waktu SMA dan kuliah, biasanya gue mampir ke KFC sendirian, buat ngelamun. Turns out, blending in a crowd, without anyone knowing, while just doing nothing, just thinking inside my head could be very peaceful and calming.

Second, writing is the one thing that still ignite my enthusiastic-self. Entah kenapa, gue sangat excited mikirin, apa yang pengen gue tulis selanjutnya. Padahal, gue tipe orang yang gampang bosan, dan ga punya hobi. That’s why, I am so surprised when I found out that tiap kali gue kepikiran suatu hal yang unik, tiap kali gue menemukan suatu yang baru, yang gue pikirin adalah bagaimana gue menyampaikan ini dalam sebuah tulisan. Gue sangat excited, bahkan gue punya list apa aja yang pengen gue tulis. Guess what, this particular writing (yes, the article that you are reading right now) ideas has been clouding my head since July. Furthermore, I am so invested, I spend money on online classes and lessons on how to be creative. Damn.

And the most important, writing could be part of me having a conversation with myself, when I could understand more of myself, when I could discover what I really want. Kalo dilihat lagi, most of my topic are related on self-discovery, self development thingy that occur while I am discussing with myself. You can see my value, my thought, what I am currently heading to because that’s what I am currently learning, that’s what I am currently pass through. And I am very lucky, I could share the journey with someone who actually love to listen. Thank you.

Kedepan, gue pengen terus menulis. Gue pengen kembali berbagi, terus bercerita melalui media tulisan. Mungkin tulisannya masih sama, agak amburadul, ga jelas maksudnya apa. Mungkin jadwal postnya masih sama, agak sesuka hati, ga tentu bakal rilis kapan. Tapi mungkin satu hal yang berbeda: I decided to promote it publicly. I decide to face the fear, see what will happen. If 2023 could tell me a lesson, it would be: “What a loss for you if you are afraid to do what you want to”. Barangkali, layaknya garpu tala, cerita bisa menjadi media, agar semua yang sefrekuensi bisa ikut beresonansi. Barangkali kedepan, banyak kenalan baru, banyak perspektif baru, banyak weak-ties baru. Irrashaimase!

Udah sih, gitu aja, bye!

Sincerely,

Muhammad Ayyub Abdurrahman

p.s. Happy new year !!!


© 2023. All rights reserved.