Film Serial Favorit

Film Serial Favorit

Belakangan, gue lagi suka-sukanya nonton series. Kalo lagi gabut, atau lagi butuh temen buat makan, biasanya gue buka netflix, terus nonton series yang lagi gue ikutin. Cerita dari serial yang gue ikutin pun beragam. Ada “My Name”, yang bercerita tentang seseorang yang ingin balas dendam kepada pembunuh ayahnya. Ada “Gadis Kretek”, yang bercerita tentang seorang perempuan yang ingin menjadi pebisnis kretek nomor satu di Jawa Tengah. Ada “How I Met Your Mother”, yang bercerita tentang seseorang yang mencari calon istri; “The one”. Semua cerita ini membuat gue juga kembali bertanya-tanya: How’s mine?

Belakangan, gue lagi suka-sukanya nonton series. Kalo lagi gabut, atau lagi butuh temen buat makan, biasanya gue buka netflix, terus nonton series yang lagi gue ikutin. Cerita dari serial yang gue ikutin pun beragam. Ada “My Name”, yang bercerita tentang seseorang yang ingin balas dendam kepada pembunuh ayahnya. Ada “Gadis Kretek”, yang bercerita tentang seorang perempuan yang ingin menjadi pebisnis kretek nomor satu di Jawa Tengah. Ada “How I Met Your Mother”, yang bercerita tentang seseorang yang mencari calon istri; “The one”. Semua cerita ini membuat gue juga kembali bertanya-tanya: How’s mine?

Interrogation Room

Semakin lama, gue mulai melihat temen-temen gue telah berada di jalur hidup yang kontras berbeda. Ada yang masih menunggu tawaran kerja, ada yang mulai membangun perusahaan bersama. Ada yang udah menikah, ada yang pacar aja masih belum punya. Ada yang sedang menyusun skripsi, ada yang udah wisuda untuk kedua kali. Ada yang menetap dan berkeluarga, ada juga yang berpetualang dan berkelana. Mengintip beragam profesi dan fase kehidupan membuat gue sekali lagi bertanya: Apakah ini, jalur yang tepat harus gue tempuh? Apakah ini, tangga yang pengen gue tapaki? Apakah ini, langkah yang worthy buat gue ambil?

Jangan-jangan selama ini, gue hanya pura-pura tau apa yang pengen gue lakuin, sehingga rumput tetangga tampak lebih membuat yakin. Jangan-jangan, keinginan yang gue selama ini gue punya, belum pernah dipertanyakan kenapa ada, sehingga berat ketika halangan menerpa. Jangan-jangan, gue belum pernah berdiskusi dengan diri, apa-sih yang gue belum sadari, sehingga tidak ada kepuasan yang hadir saat berhasil diraih. Bisa jadi, setelah bertanya, justru keinginan yang gue punya asalnya bukan dari hati, tapi dari pengaruh orang lain yang menyamar sebagai diri? Bisa jadi, setelah bertanya, ternyata yang hadir justru malah “katanya”, norma-norma yang belum pernah teruji, tapi di dalam diri justru ikut terpatri? Atau malah bisa jadi, setelah bertanya, yang hadir malah keinginan lampau yang lama terlupa, ikut terkubur karena sukar dipercaya?

Jangan-jangan selama ini, ada keinginan yang saling bertentangan, sehingga muncul konflik berkepanjangan? Jangan-jangan selama ini, aspirasi yang ada belum semua damai terkompromi, sehingga saat melangkah muncul resistensi? Jangan-jangan, ada aspek –fullfillment, social, lifestyle, practical, moral– yang belum benar teridentifikasi, sehingga menjadi rasa takut ketika mulai mengeksekusi? Bisa jadi, ketika ada keinginan untuk bisa merantau diluar negeri, justru terhalang karena takut berpisah dengan teman sendiri? Bisa jadi, ketika ada keinginan untuk bisa berlari menapaki karir, justru keinginan bersantailah yang belum bisa mentolerir? Bisa jadi, ketika ada keinginan untuk bisa terus berdonasi, justru kalah berkompromi dengan keuangan bulan ini? Atau bisa jadi, memang semua keinginan tak bisa semua tuntas, sehingga membuat prioritas menjadi tugas?

Atau justru, jangan-jangan, realita ikut menampar, sehingga rasanya semangat kurang terbakar? Jangan-jangan selama ini, kurangnya apresiasi membuat kita melirik kanan-kiri, sehingga malah tampak seperti kehilangan jati diri? Jangan-jangan, yang menjegal adalah kenyataan, sehingga membuat kita pasrah dengan keadaan? Bisa jadi, setelah digali, yang justru dibutuhkan adalah apresiasi, yang bisa menjadi penjaga persistensi. Bisa jadi, setelah digali, yang justru dibutuhkan adalah kemenangan-kemenangan kecil, yang bisa sebagai penyulut motivasi. Bisa jadi, yang dibutuhkan adalah sedikit bahan bakar, agar api yang ada bisa terus berkobar.

Closing

Mungkin memang, selayaknya cerita, hidup bukan untuk ditebak arah benar/salahnya, tapi untuk diikuti dan dinikmati. Mungkin, pada saatnya, konflik dan kejutan yang ada justru membuat cerita menjadi semakin menarik untuk dijalani. Pada akhirnya, jalan cerita bukan seperti jalur terowongan yang gampang diprediksi, melainkan series of experiment yang terus dinamis dan berubah.

Udah sih gitu aja, bye!

p.s: Sorry, this article take me so long to write. Thank you for waiting~


© 2023. All rights reserved.