Wake me up when September ends

Wake me up when September ends

Waktu gue kecil, salah satu lagu yang cukup populer waktu bulan September adalah lagu dari album “American Idiot”, Wake me up when september ends. Waktu bulan september, gue bisa mendengar lagu itu dimana-mana: radio, transmusi, televisi, bahkan tempat publik seperti mall dan taman-taman. Dulu juga, temen-temen SD gue sering nyanyiin lagu ini di lorong sekolah, walaupun gaada yang beneran relate dan bisa ngelafalin lagunya juga. Makanya, waktu tadi gue main badminton dan mendengar lagu ini, gue agak berasa de javu. Bedanya, mungkin sekarang gue berasa relate dengan lagunya.

Waktu gue kecil, salah satu lagu yang cukup populer waktu bulan September adalah lagu dari album “American Idiot”, Wake me up when september ends. Waktu bulan september, gue bisa mendengar lagu itu dimana-mana: radio, transmusi, televisi, bahkan tempat publik seperti mall dan taman-taman. Dulu juga, temen-temen SD gue sering nyanyiin lagu ini di lorong sekolah, walaupun gaada yang beneran relate dan bisa ngelafalin lagunya juga. Makanya, waktu tadi gue main badminton dan mendengar lagu ini, gue agak berasa de javu. Bedanya, mungkin sekarang gue berasa relate. Ya, buat gue, September mungkin salah satu bulan yang berat untuk dijalani.

Kenapa Relate?

Salah satu alasan kenapa lagu tersebut relate adalah after-effect kerjaan gue dikantor. Beberapa waktu terakhir, gue lumayan mengacau di kerjaan karena sempat ada typo di salah satu codingan di fitur yang gue buat. Efeknya lumayan terasa, karena user yang menggunakan fitur yang gue buat bisa terganggu experience-nya. Walaupun masalahnya bisa diatasi, tetep aja ini sangat mengganggu mental gue kedepannya. Gue yang biasanya pede, sekarang cukup khawatir apakah udah perfect atau belum, bakalan error atau engga.

Setelah direnungkan lagi, sebenernya ini bukan problem lama. Dari dulu gue emang dikenal sebagai orang yang ga teliti, dimana gue lumayan sering salah huruf waktu ujian bahasa Jepang, atau salah hitung waktu ulangan matematika. Ga jarang, gue melakukan kesalahan yang cukup fatal, sampe bikin nilai ulangan jadi korban. Bedanya, kalo dulu mungkin gue masih bisa tertawa riang dengan nilai ujian yang seadanya. Tapi sekarang, semakin dewasa, semua aksi –even small action- yang dibuat bisa berdampak luas. It may be little mistake, but it can cost a lot.

Mungkin juga, salah satu alasan kenapa lagu tersebut relate adalah karena salah satu rekan kerja gw resign diakhir bulan ini. Ini bukan kali pertama rekan kerja setim gue pindah, karena belum setahun gue kerja, gaada satupun orang yang sama dengan orang yang ada pertama kali gue masuk. Tapi yang jelas, beliau yang paling berkesan, karena beliau yang paling lama dan lumayan sering berinteraksi dengan gue. Banyak kejadian konyol, banyak after-office trip, banyak pengalaman hidup yang mungkin akan bakal cuma bisa dikenang. Banyak interaksi ga penting, misalnya cafe/restoran menarik, board game asik, tebak outfit besok, dan obrolan-obrolan ga penting lainnya yang mungkin bakal susah untuk diulang.

Kepergian beliau membuat gue sadar, kalo justru hal-hal kecil seperti ini yang membuat kesan. Kita bisa jadi manusia paling jago, punya prestasi gemilang, tapi tetep aja kesan dari hal kecil yang bertahan. Interaksi kecil-lah yang membuat kita bisa tetep waras, ditengah hiruk-pikuk pekerjaan. Menangin hadiah 1 miliar mungkin bisa membuat senang, tapi ga bakal bertahan lama. Malah, hal-hal kecil kaya ngobrol waktu makan siang atau nasi padang enak depan kosan bakalan jadi landasan, penentu kebahagiaan.

Closing

Mungkin setelah ini, untuk menjadi bahagia, gue harus mulai memperhatikan hal-hal kecil, yang bisa jadi pembeda. Hal-hal kecil, seperti typo di code, ternyata bisa jadi sebuah disaster yang cukup menyeramkan. Bisa jadi, keputusan yang mengubah hidup dilandasi dari hal kecil, yang tidak gue perhatikan. Juga, hal-hal kecil, seperti obrolan ga penting waktu makan siang, ternyata bisa menjadi landasan kebahagiaan. Bisa jadi, menikmati interaksi kecil bisa membuat hidup jauh lebih menyenangkan.

Udah sih gitu aja, bye!


© 2023. All rights reserved.