Obrolan di pesawat

Obrolan di pesawat

Sebagai seorang introvert, sejujurnya gw agak malas berinteraksi dengan orang, terutama stranger. Yang paling bikin males sebenernya adalah berusaha menggali informasi ga penting buat basa-basi. “Cuacanya cerah ya?”. “Iya, padahal kemarin sore hujan deras”. “Memang biasanya Jakarta itu hujannya sore ke maghrib sih.” “Oooh iya iya”. *balik lagi ke mode awkward *. Tapi ternyata gw salah.

Sebagai seorang introvert, sejujurnya gw agak malas berinteraksi dengan orang, terutama stranger. Yang paling bikin males sebenernya adalah berusaha menggali informasi ga penting buat basa-basi. “Cuacanya cerah ya?”. “Iya, padahal kemarin sore hujan deras”. “Memang biasanya Jakarta itu hujannya sore ke maghrib sih.” “Oooh iya iya”. ** balik lagi ke mode awkward **. Tapi ternyata gw salah.

Bulan lalu, saat pulang mudik lebaran, gw pulang naik pesawat ke Jakarta. Karena males ngobrol sama orang disebelah, gw langsung naruh tas, pasang earphone dan mulai baca buku di ipad. Ternyata, percakapan memang tak terelakkan. “Itu apaan dek?”, tanya abang-abang disebelah gw. “ipad bang”, gw berusaha menjawab. Dan percakapan dimulai…

Turns out, ngobrol dengan abang-abang sebelah gw lumayan insightful. Kita ngobrolin banyak hal, mulai dari longsor di medan, lalu cerita banyak terkait bisnis travel dan parfum si abang. Tapi, buat gw, daging dari percakapannya ada di gimana awal mula dia bisa bikin bisnis itu. Ngobrol dengan si abang membuat gw sadar, kadang-kadang kesempatan muncul itu dari orang-orang baru yang ketemu dengan kita. Si abang yang kerja sebagai kreditur di bank bikin dia ketemu dengan banyak nasabah dan dari sana muncul opportunity-opportunity baru, awal mula bisnis-bisnisnya si abang. “Kamu lihat aja manusia silver dijalanan itu, menurut kamu berapa coba duitnya? dia ketemu berapa orang sehari? anggap aja dia sekali lampu merah ketemu 10 mobil, kalo persentase yang ngasih 5% aja, berarti tiap 2 lampu merah dia dapet 2000. Coba kamu kaliin sehari dia dapet berapa kali lampu merah, ga main-main itu. Makanya, semakin banyak kita ketemu orang, semakin banyak kita punya peluang”, ujar si Abang.

The Strength of Weak Ties

Dalam hidup, kita pasti punya beberapa kenalan. Dan, hubungan kita dengan kenalan kenalan tadi berbeda satu sama lain. Ada yang dekat dengan kita –strong ties– , sering ketemu dan tahu luar-dalam dari diri kita. Ada juga yang jauh –weak ties– dan jarang ketemu dengan kita. Kebanyakan dari mereka ya teman dari teman yang kita punya, atau bahkan abang-abang yang kebetulan duduk disebelah gw di pesawat. Paradoksnya, ternyata hubungan kita dengan weak ties ini, kadang-kadang lebih beneficial karena mereka menawarkan insight dan opportunity baru. Paradoks ini udah dikenal dengan “The strength of weak ties”.

Beda dengan para strong ties yang kita udah tahu luar dalam, hubungan dengan orang-orang kurang dekat/baru kenal ngebuat kita “terekspos” dengan banyak benda-benda yang baru buat kita. Orang-orang yang dekat dengan kita biasanya punya sesuatu yang mirip dengan kita, entah itu satu sekolah, satu hobi dan punya banyak kesamaan dengan kita, sehingga membuat kita nyaman. Namun, berkomunikasi sama orang orang baru bikin kita tahu informasi-informasi yang lebih “fresh”, informasi beda yang kita sendiri dan orang orang disekitar kita belum tahu.

Selain itu, komunikasi dengan orang yang kurang dekat dengan kita juga bikin kita lebih “mikir”. Kalo komunikasi dengan orang-orang yang udah sering kita temui, kita biasanya ngobrol dengan santai, banyak inside-jokes dan vocab2 yang kita berdua udah familiar. Kita udah familiar dengan orangnya sehingga tahu jalan pikir masing-masing. Sedangkan komunikasi dengan orang baru membuat kita lebih mikir, karena kita ga tau gimana cara dia mikir. Kita jadi “mikirin lagi” apa yang kita tahu dengan berusaha nyari common ground dan kita jadi berpikir dengan perspektif baru, menyesuaikan dengan jalan pikir lawan bicara kita.

The power of connection

Turun dari pesawat, gw mulai sadar pentingnya interaksi basa-basi tadi. Setelah mulai dewasa, gw sadar makin lama social connection yang gw punya mulai menyempit. Mungkin, setelah ini gue harus mulai nyari koneksi, improvisasi basa-basi siapa tahu nemu istri. Barangkali, kesempatan yang mengubah hidup justru muncul dari orang yang baru gw kenal.

Udah sih gitu aja, Bye.


© 2023. All rights reserved.